Monumen

Monumen
Tugu Monumen Tuan Dilimang

Rabu, 28 September 2011

Sejarah Silsilah dan Tarombo Batak dari Si Raja Batak


Bangsa Yang besar adalah bangsa yang melestarikan Kebudayaan. Berikut merupakan Silsilah/Tarombo Batak yang mungkin terlupakan seiring masuknya Budaya asing ke Bangsa Indonesia.
SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:
1. Guru Tatea Bulan
2. Raja Isombaon
GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Bburning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :
* Putra (sesuai urutan):

1. Raja Uti (atau sering disebut Si raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng), tanpa keturunan
2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong).
4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
5. Silau Raja (keturunannnya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
*Putri:
1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon
3. Si Boru Biding Laut, (Diyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
4. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin).
Tatea Bulan artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan”. Raja Isombaon (Raja Isumbaon)
Raja Isombaon artinya raja yang disembah. Isombaon kata dasarnya somba (sembah). Semua keturunan Si Raja Bbatak dapat dibagi atas 2 golongan besar:
1. Golongan Ttatea Bulan = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga golongan Hula-hula = Marga Lontung.
2. Golongan Isombaon = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga Golongan Boru = Marga Sumba.
Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera Si Singamangaraja, para orangtua menyebut Sisimangaraja, artinya maha raja), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.
PENJABARAN
* RAJA UTI
Raja Uti (atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng). Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Beliau memiliki ilmu yang cukup tinggi, namun secara fisik tidak sempurna. Karena itu, dalam memimpin Tanah Batak, secara kemanusiaan Beliau memandatkan atau bersepakat dengan ponakannya/Bere Sisimangaraja, namun dalam kekuatan spiritual etap berpusat pada Raja Uti.
* SARIBURAJA
Sariburaja adalah nama putra kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis, satu peremuan satunya lagi laki-laki).
Mula-mula Sariburaja kawin dengan Nai Margiring Laut, yang melahirkan putra bernama Raja Iborboron (Borbor). Tetapi kemudian Saribu Raja mengawini adiknya, Si Boru Pareme, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest.
Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong Mulana, Sagala Rraja, dan Silau Raja, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk mengusir Sariburaja. Akibatnya Sariburaja mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, tetapi di hutan tersebut Sariburaja kebetulan bertemu dengan dia.
Sariburaja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme melahirkan seorang putra yang diberi nama Si Raja Lontung.
Dari istrinya sang harimau, Sariburaja memperoleh seorang putra yang diberi nama Si raja babiat. Di kemudian hari Si raja babiat mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga Bayoangin.
Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, Sariburaja berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.
SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari Tuan Sariburaja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:
* Putra:
1.. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga Situmorang.
2. Sinaga raja, keturunannya bermarga Sinaga.
3. Pandiangan, keturunannya bermarga Pandiangan.
4. Toga nainggolan, keturunannya bermarga Nainggolan.
5. Simatupang, keturunannya bermarga Simatupang.
6. Aritonang, keturunannya bermarga Aritonang.
7. Siregar, keturunannya bermarga Siregar.
* Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan Toga Sihombing.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan Toga Simamora.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia Marina, Pasia Boruna Sihombing Simamora.
Si Sia Marina = Sembilan Satu Ibu.
Dari keturunan Situmorang, lahir marga-marga cabang Lumban Pande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, Solin.
SINAGA
Dari Sinaga lahir marga-marga cabang Simanjorang, Simandalahi, Barutu.
PANDIANGAN
Lahir marga-marga cabang Samosir, Pakpahan, Gultom, Sidari, Sitinjak, Harianja.
NAINGGOLAN
Lahir marga-marga cabang Rumahombar, Parhusip, Lumban Tungkup, Lumban Siantar, Hutabalian, Lumban Raja, Pusuk, Buaton, Nahulae.
SIMATUPANG
Lahir marga-marga cabang Togatorop (Sitogatorop), Sianturi, Siburian.
ARITONANG
Lahir marga-marga cabang Ompu Sunggu, Rajagukguk, Simaremare.
SIREGAR
Llahir marga-marga cabang Silo, Dongaran, Silali, Siagian, Ritonga, Sormin.
* SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.
Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

    Datu Dalu (Sahangmaima).
    Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
    Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
    Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
    Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
    Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.

Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :

    Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.
    Tinendang, Tangkar.
    Matondang.
    Saruksuk.
    Tarihoran.
    Parapat.
    Rangkuti.

Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.
Limbong Mulana dan marga-marga keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong. Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.
SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.
SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:

    Malau
    Manik
    Ambarita
    Gurning

Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
I. Ambarita Lumban Pea
II. Ambarita Lumban Pining
Lumban Pea memiliki dua anak laki-laki
1. Ompu Mangomborlan
2. Ompu Bona Nihuta
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.
Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:

    Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
    Op Raja Marihot
    Op Marhajang
    Op Rajani Umbul

Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data. Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Hingga tahun 2008 ini, keturunan Op Mamontang laut sudah generasi kedelapan).
Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi pada boru Sitio dari Simanindo, Samosir.
Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki

    Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
    Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
    Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir.

Keturunan Op Sugara antara lain penyanyi Iran Ambarita dan Godman Ambarita
TUAN SORIMANGARAJA
Tuan Sorimangaraja adalah putra pertama dari Raja Isombaon. Dari ketiga putra Raja Isombaon, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :

    Si Boru Anting Malela (Nai Rasaon), putri dari Guru Tatea Bulan.
    Si Boru Biding Laut (nai ambaton), juga putri dari Guru Tatea Bulan.
    Si Boru Sanggul Baomasan (nai suanon).

Si Boru Anting Malela melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Djulu (Ompu Raja Nabolon), gelar Nai Ambaton.
Si Boru Biding Laut melahirkan putra yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak), gelar Nai Rasaon.
Si Boru Sanggul Haomasan melahirkan putra yang bernama Tuan Sorbadibanua, gelar Nai Suanon.
Nai Ambaton (Tuan Sorba Djulu/Ompu Raja Nabolon)
Nama (gelar) putra sulung Tuan Sorimangaraja lahir dari istri pertamanya yang bernama Nai Ambaton. Nama sebenarnya adalah Ompu Raja Nabolon, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga Nai Ambaton menurut nama ibu leluhurnya.
Nai Ambaton mempunyai empat orang putra, yaitu:

    Simbolon Tua, keturunannya bermarga Simbolon.
    Tamba Ttua, keturunannya bermarga Tamba.
    Saragi Tua, keturunannya bermarga Saragi.
    Munte Tua, keturunannya bermarga Munte (Munte, Nai Munte, atau Dalimunte).

Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku ” Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung):
SIMBOLON
Lahir marga-marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Nahampun, Pinayungan. Juga marga-marga Berampu dan Pasi.
TAMBA
Lahir marga-marga Siallagan, Tomok, Sidabutar, Sijabat, Gusar, Siadari, Sidabolak, Rumahorbo, Napitu.
SARAGI
Lahir marga-marga Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke.
MUNTE
Lahir marga-marga Sitanggang, Manihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio, Sigalingging.
Keterangan lain mengatakan bahwa Nai Ambaton mempunyai dua orang putra, yaitu Simbolon Tua dan Sigalingging. Simbolon Tua mempunyai lima orang putra, yaitu Simbolon, Tamba, Saragi, Munte, dan Nahampun.
Walaupun keturunan Nai Ambaton sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antarsesama marga keturunan Nai Ambaton.
Catatan mengenai Ompu Bada, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W Hutagalung, Ompu Bada tersebut adalah keturunan Nai Ambaton pada sundut kesepuluh.
Menurut keterangan dari salah seorang keturunan Ompu Bada (mpu bada) bermarga gajah, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut:

    Ompu Bada ialah asal-usul dari marga-marga Tendang, Bunurea, Manik, Beringin, Gajah, dan Barasa.
    Keenam marga tersebut dinamai Sienemkodin (enem = enam, kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan Empu Bada, pun dinamai Sienemkodin.
    Ompu Bada bukan keturunan Nai Ambaton, juga bukan keturunan si raja batak dari Pusuk Buhit.
    Lama sebelum Si Raja Batak bermukim di Pusuk Buhit, Ompu Bada telah ada di tanah dairi. Keturunan Ompu bada merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
    Keturunan Ompu Bada menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah dairi dan tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK)
Nama (gelar) putra kedua dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri kedua tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Rasaon. Nama sebenarnya ialah Raja Mangarerak, tetapi hingga sekarang semua keturunan Raja Mangarerak lebih sering dinamai orang Nai Rasaon.
Raja Mangarerak mempunyai dua orang putra, yaitu Raja Mardopang dan Raja Mangatur. Ada empat marga pokok dari keturunan Raja Mangarerak:
Raja Mardopang
Menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga Sitorus, Sirait, dan Butar-butar.
Raja Mangatur
Menurut nama putranya, Toga Manurung, lahir marga Manurung. Marga pane adalah marga cabang dari sitorus.
NAI SUANON (tuan sorbadibanua)
Nama (gelar) putra ketiga dari Tuan Sorimangaraja, lahir dari istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang bernama Nai Suanon. Nama sebenarnya ialah Tuan Sorbadibanua, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai Ttuan Sorbadibanua.
Tuan Sorbadibanua, mempunyai dua orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri Sariburaja):

    Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga Pohan.
    Si Paet Tua.
    Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga Silalahi.
    Si Raja Oloan.
    Si Raja Huta Lima.

Dari istri kedua (Boru Sibasopaet, putri Mojopahit) :
a. Si Raja Sumba.
b. Si Raja Sobu.
c. Toga Naipospos, keturunannya bermarga Naipospos.
Keluarga Tuan Sorbadibanua bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, Tuan Sorbadibanua menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata Si Raja huta lima terkena oleh lembing Si Raja Sobu. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh Tuan Sorbadibanua. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang tiga orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki Gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunana Tuan Sorbadibanua berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan Si Bagot ni pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Tampubolon, Barimbing, Silaen.
    Siahaan, Simanjuntak, Hutagaol, Nasution.
    Panjaitan, Siagian, Silitonga, Sianipar, Pardosi.
    Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, Pardede.

Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Hutahaean, Hutajulu, Aruan.
    Sibarani, Sibuea, Sarumpaet.
    Pangaribuan, Hutapea.

Keturunan si lahi sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Sihaloho.
    Situngkir, Sipangkar, Sipayung.
    Sirumasondi, Rumasingap, Depari.
    Sidabutar. Sinabutar (atas koreksian @Soeguest dan @Binsar Sitio) *)
    Sidabariba, Solia.
    Sidebang, Boliala.
    Pintubatu, Sigiro.
    Tambun (Tambunan), Doloksaribu, Sinurat, Naiborhu, Nadapdap, Pagaraji, Sunge, Baruara, Lumban Pea, Lumban Gaol.

Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Naibaho, Ujung, Bintang, Manik, Angkat, Hutadiri, Sinamo, Capa.
    Sihotang, Hasugian, Mataniari, Lingga.
    Bangkara.
    Sinambela, Dairi.
    Sihite, Sileang.
    Simanullang.

Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Maha.
    Sambo.
    Pardosi, Sembiring Meliala.

Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Simamora, Rambe, Purba, Manalu, Debataraja, Girsang, Tambak, Siboro.
    Sihombing, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit, Sitindaon, Binjori.

Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Sitompul.
    Hasibuan, Hutabarat, Panggabean, Hutagalung, Hutatoruan, Simorangkir, Hutapea, Lumban Tobing, Mismis.

Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:

    Marbun, Lumban Batu, Banjarnahor, Lumban Gaol, Meha, Mungkur, Saraan.
    Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang.

(Marbun marpadan dohot Sihotang, Banjar Nahor tu Manalu, Lumban Batu tu Purba, jala Lumban Gaol tu Debata Raja. Asing sian i, Toga Marbun dohot si Toga Sipaholon marpadan do tong) ima pomparan ni Naipospos, Marbun dohot Sipaholon. Termasuk do marga meha ima anak ni Ompu Toga sian Lumban Gaol Sianggasana.
***
DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga).
Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut:

    “Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
    Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”

artinya:

    “Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput (berakar tunggang);
    Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:

    Marbun dengan Sihotang
    Panjaitan dengan Manullang
    Tampubolon dengan Sitompul.
    Sitorus dengan Hutajulu – Hutahaean – Aruan.
    Nahampun dengan Situmorang.

19 komentar:

  1. masak nama eko gk ada

    BalasHapus
  2. gak jelas
    berantakan
    ini karangan kan ? bukan yang sesungguhnya!
    coba kasih kejelasan dulu terlebih marga siraja oloan itu,
    aku marga manullang, keberatan kalian buat di tarombo jadi simanullang

    anak Siraja Oloan dari istri kedua yaitu Oppung boru Borbor ada 4, 2 pakai si, 2 lagi gak pakai si. yaitu Bakkara, Sinambela, Sihite, Manullang.

    pakai dasar yang kuat kalau berargumen atau membukukan sesuatu

    BalasHapus
  3. Asliya , raja Naibaho raja sihotaSi toga Bakara toga sinambeSi toga Sihite toga simanullang

    BalasHapus
  4. Raja Naibaho raja Sihotang toga Bakkara toga sinamSina toga sihSih toga simanullang

    BalasHapus
  5. https://togasimanullang.blogspot.com/?m=1

    BalasHapus
  6. Versi sejarah modern dari berbagai sumber

    Sejarah ini bukan hasil kesurupan atau wangsit dari datu tahun 1963 yang profesi sehari-harinya hanya sbg penempa besi, penempa besi tidak kredibel sebagai sumber sejarah :)

    Kerajaan Simanullang hanya berumur pendek sekitar 40 tahun saja (diperkirakan pada tahun 1510 M s.d. 1550 M) setelah memberontak dan berhasil memisahkan diri (merdeka) dari kerajaan Sorimangaraja dengan Simanullang sbg Raja (raja huta) pertamanya.

    Kemudian dilanjutkan oleh Raja Napasang sebagai pemangku Raja (raja huta) dan Pamuha Raja sebagai pemimpin adat dan ugamo (raja adat) serta Tuan Dilimang sebagai Puanglima.

    Kemudian kerajaan Simanullang diambil alih kembali oleh dinasti Hatorusan (Kerajaan Pasaribu) dengan mengirimkan panglima dinasti Hatorusan ke Bakkara yang bernama Mahkuta/Mahkota/Manghuntal yang kebetulan juga adalah sepupu segenerasi dari Datu Mahuring dari garis keturunan Simanullang, sedangkan Manghuntal dari garis keturunan Sinambela.

    Manghuntal lahir di Bakkara namun dibesarkan dan dididik di Barus di kerajaan dinasti Hatorusan sampai menjadi panglima. Ibunya Manghuntal, boru Pasaribu, adalah bagian dari keluarga besar dinasti Hatorusan (dinasti Pasaribu).

    Atas mandat dinasti Hatorusan, ditambah kondisi kerajaan Hatorusan juga sedang goncang di Barus, Manghuntal diberikan wewenang untuk membentuk kerajaan di Bakkara, selanjutnya sebagai cikal bakal dari dinasti Sisingamangaraja.

    Raja Manghuntal atau Raja Mahkota bergelar Sisingamangaraja I memerintah sentral Tanah Batak selama 10 tahun menurut stempel (cap kerajaan) yang bertahun 947 H dan berakhir dalam tahun 957 Hijriyah atau dalam tahun 1540 s.d 1550 M. (Diambil dari informasi L. van Vuuren, Samosir en de Pakpaklanden, Nota 1907).

    Manghuntal mulai menata kembali kehidupan masyarakat. Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dan pertikaian antar kelompok masyarakat, dia berkoalisi dengan dengan tetua di Bakkara. Mereka, yang menjadi perwakilan tersebut diangkat sebagai anggota kabinet di pemerintahan, adalah raja-raja dari si Onom Ompu; Kelompok Bakkara, Sihite, Simanullang, Sinambela, Simamora dan Marbun.

    Masing-masing keluarga ini didelegasikan beberapa wewenang. Setiap mereka diberi simbol kerajaan berupa barang pusaka yang didapat Manghuntal dari Kerajaan Hatorusan (Raja Uti VII).

    Di samping itu, di juga melakukan distribusi kerja yang jelas kepada para pembantunya; di antaranya lembaga Pande Na Bolon yang bertugas sebagai penasehat dan juga sebagai fasilitator antar daerah di dalam kerajaan. Jabatan bendahara kerajaan diberikan kepada marga Sihite. Untuk mengikat semua daerah kekuasaan dalam satu kesatuan yang utuh, dia melakukan berbagai pendekatan antara lain secara spiritual dengan membawa air dan tanah dari Bakkara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk....Versi Modern??? atau mulai mendongeng???
      Diama hea adong KERAJAAN SIMANULLANG, Sejak kapan ada Kerajaan Simanullang.

      Yang pasti, anda mengutip sepenggal-penggal cerita dari tulisan-tulisan orang lain di blog atau webiste. Lalu merangkainya menjadi aluran cerita.

      LAAALLLUUUU....... ANDA MENYISIPKAN TUJUAN TERSELUBUNG ANDA, yaitu MENYEBUT ADA KERAJAAN SIMANULLANG selama 40 tahun dan secara picik menyebut RAJANAPASANG SEBAGAI RAJA.

      Di berbagai buku dan referensi, belum pernah menyebutkan KERAJAAN SIMANULANG dan Raja Napasang sebagai Raja. Bahkan dalam buku dan referensi manapun tidak pernah menyebut nama RAJA NAPASANG pada zaman itu. Bahkan buku-buku Mangaraja Onggang Parlindungan Siregar hanya menyembut "orang-orang marga Manullang". Tidak spesifik menyebut Rajanapasang. Bisa saja Tuan Dilimang atau Pamuharaja.

      Memang ada cerita yang mengatakan orang-orang marga manullang menggulingkan Sori Mangaradja ke XC kira2 dua tahun setelah Sultan Aceh Pertama mengalahkan Raja Haru/Wampu XIV, tp tidak otomatis marga manullang yang menjadi Raja.
      Justru saat itu yang menjadi raja adalah Marga Sinambela.

      Di sini anda mengarang bebas. :-), Anda sengaja mengatakan seolah-olah Simanullang sempat menjadi raja, sebelum jatuh ke generasi Sinambela.

      Intinya anda HANYA INGIN MELEGIMITASI BAHWA RAJANAPASANG adalah Siangkangan dari 3 bersaudara keturunan Simanullang, dengan alasan PERNAH MENJADI RAJA. Hahahahahaha.......

      Mau mutar balik fakta lewat tulisan-tulisan sampah????????


      Hapus
    2. Silahkan cari sumber-sumber sejarah yg masih independen (internet boleh, buku2 sejarah di Aceh boleh, buku2 sejarah hasil penelitian ilmiah lainnya boleh) tentang pernah berkuasanya Simanullang pd thn 1510 sd 1550 dan overlapping dgn masa Raja Sisingamangara I 1540 sd 1550...itu artinya apa? Secara logika berarti ada masa 10 thn masa peralihan/pergolakan utk dari dinasti Simanullang ke dinasti Sinambela...

      Hapus
  7. Target pertamanya adalah dengan merangkul Humbang. Humbang merupakan daerah paling Barat kerajaan yang berpopulasi keturunan raja Sumba, sama dengan Manghuntal. Mereka itu berasal dari marga Sihombing dan Simamora. Di sana dia mengangkat dua perwakilannya; dalam institusi Raja Parbaringin, yaitu dari marga Simamora dan Hutasoit (Putra sulung Sihombing).

    Dari Humbang dia pergi ke Silindung. Dia mengangkat raja na opat untuk daerah ini. Perbedaan institusi perwakilannya tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangn geografis dan politik saat itu. Hal yang sama dia melakukannya untuk daerah-daerah yang lain. Satu instusi lainnya adalah panglima wilayah. Sebuah daerah yang damai atau homogen akan berbeda dengan huta yang plural. Begitu juga daerah yang berbatasan langsung dengan luar kerajaan dengan yang berada di pusat kerajaan mendapat perwakilan yang berbeda.

    Insting kepemimpinan yang dia warisi selama masih dididik di istama Raja-raja Uti membuatnya memahami betul langkah-langkh politik yang sesuai dengan karakter sebuah huta. Sikap ini dengan cepat dapat menyatukan masyarakat Batak yang berbeda-beda marga dan kepentingan hutanya. Egoisme, primordialisme huta dan fanatisme marga serta kebiasaan bertengkar orang-orang Batak ditundukkan dengan harmoni dan kebersamaan.

    Datu Mahuring yang mestinya akan jadi putra mahkota setelah Raja Napasang, seperti umumnya dinasti-dinasti yg umum terjadi di Nusantara, merasa sakit hati dan tidak bisa menerima peristiwa yang terjadi, di mana Raja Manghuntal sebagai panglima dinasti Hatorusan dan atas restu dinasti Hatorusan, mengambil alih kembali tahta kerajaan Simanullang di Bakkara dari Raja Napasang dan Raja Manghuntal mulai mendirikan kerajaan baru sebagai awal terbentuknya dinasti Sisingamangaraja.

    Kekecewaan tersebut menguatkan tekad Datu Mahuring, sbg putra mahkota dari Raja Napasang, untuk membangun kerajaan baru (harajaon na baru) agar bisa kembali menjadi raja (raja huta) yaitu dengan cara pindah ke daerah lain yang bernama huta Matiti.

    Berhasilkah Datu Mahuring di Matiti..?

    BalasHapus
  8. Nantikan lebih lanjut sejarah huta Matiti, Huta Gurgur, Pearaja dan Simanullang Toba serta sejarah huta Simanullang Toruan

    BalasHapus
  9. Percaya cerita yang kesurupan atau percaya catatan sejarah dengan bukti-bukti real ? 😊

    Kalau otak sudah kerasukan, pasti percaya kepada ucapan orang yang kesurupan...percuma sudah punya iman agama samawi tapi masih pakai rujukan hasil yang kesurupan 🙄😁

    BalasHapus
  10. Wadah si Onom Ompu dibentuk oleh Raja Manghuntal (bukan oleh Si Raja Oloan, seperti cerita kesurupan 1963), wadah si Onom Ompu dibentuk sebagai jajaran anggota kabinet kerajaan dgn memberikan symbol2 kerajaan Hatorusan kepada masing2 marga, sebagai langkah strategi pertama Raja Manghuntal untuk mengamankan dinasti yang batu didirikannya. Wadah Si onom ompu dibentuk bukan utk urusan tarombo (dan menurut wangsit penempa besi yg profesi sampingan sbg datu, wadah si onom ompu dibentuk oleh si Raja Oloan pula, emangnya bodoh kali Si Raja Oloan sampai cucunya pun sudah tidak dia kenal sampai perlu buat perjanjian segala...ehh tahe...tapi namanya pun kesurupan dan sok jadi datu...pdhal gak kredibel sbg sumber referensi :)

    BalasHapus
  11. Hahaaaa...
    Hasil temuan di tahun 1963, sepertinya sangat tragis bagi anda. Sampai-sampai menuduhnya sebagai Cerita Kesurupan.

    Si onom ompu memang bukan ngurusin tarombo, namun justru struktur dari wadah Si Onom Oppu inilah kita tahu mana yang siangkangan dan sianggian. Karena disusun berdasarkan level atau urutan pada tarombo.

    Jelas saja anda tuduh datu kesurupan, karena apa yg dikatakan Ompu Datu parbosi itu tidak sesuai dengan keinginan anda.

    Coba seandainya datu parbosi setuju dengan anda, tentu anda akan TERIAK-TERIAK KEGIRANGAN dan memuji-muji Datu Parbosi itu.
    Hahahahahahah

    BalasHapus
  12. Tapi cerita dongeng datu 1963...banyak hal yg gak masuk akal

    Contoh, sionom ompu katanya dibentuk oleh opputa Si Raja Oloan, utk menyusun Tarombo...apa sebodoh itu dia tdk kenal cucunya sampai harus membuat maklumat sionom oppu dgn simbol2 raja Uti, diantaranya Lage Omasan

    Sumber independen menyebutkan sionom ompu di dekati Raja Manghuntal sbg langkah strategis pertama utk mengamankan kerajaannya yg baru dgn memberikan simbol dari Rajak Uti VII, jadi secara logika gak ada urusan dgn menyusun tarombo..
    ha ha ha...gelo gelo...datu yg gak jelas wawasannya kok dijadikan rujukan utk sejarah

    BalasHapus
  13. silahkan buka link link independen yang menjelaskan itu semua, hasil penelitian dan penelurusan sejarah dari orang2 yg masih berpikir jernih yg tdk ada kepentingan dengan tarombo simanullang...

    Jangan pula urusan tarombo simanullang ini jadi macam adu argumen cebong kampret yg sdg trend skrg ha ha ha

    BalasHapus
  14. https://togasimanullang.blogspot.com/2019/04/toga-simanullang-dalam-sejarah-dinasti.html?m=1

    Hasil rangkuman dari berbagai sumber independen

    BalasHapus
  15. 6 simbol kerajaan Raja Uti VII, yang diberikan Raja Manghuntal (yang juga sbg RSSM I dan panglima Dinasti Hatorusan) diberikan kepada marga-marga si onom ompu, sebagai jajaran kabinet dinasti Sisingamangaraja dimana hal tsb sebagai langkah strategis pertama utk mengamankan kerajaannya yang baru.

    Secara logika, utk marga Simanullang, pasti Raja Manghuntal akan memberikan kepada pomparan marga Simanullang yang masih mau dia rangkul dan agak aneh kalau Raja Manghuntal akan serahkan salah satu simbol langsung kepada pihak yang baru saja dia rebut kerajaannya. Kalau diserahkan kepada saudara lainnya yang satu marga yang masih mau dirangkul oleh Raja Manghuntal, masih masuk akal.

    Mohon maaf, malah kalau dalam strategi kerajaan, maka pomparan marga Simanullang yang mau menerima salah satu simbol kerajaan Raja Uti VII tsb, utk bukti pengangkatan sbg anggota kabinet kerajaan baru, maka itu sebenarnya termasuk penghianat karena dia mau dirangkul kerajaan yg baru saja mengambil alih kerajaan marganya. Atau mungkin dia terpaksa terima, agar bisa tetap aman tidak terusik?

    Masih perlu dikaji alasan dia mau menerimanya Sbg penghianat atau utk mengamankan diri.

    BalasHapus
  16. Dan kalau memang simbol tsb diberikan kepada pomparan Tuan Dilimang (bukan langsung kepada Tuan Delimang, karena generasi Tuan Delimang ada 2 level di atas Raja Manghuntal, maka ada kemungkinan diserahkan kepada salah satu anaknya kepada Sahang Naualu atau kepada Palangki Gading atau kepada salah satu cucu dari Tuan Delimang. berarti cocoklah dgn analisa alur sejarah bahwa Raja Manghuntal pasti mengangkat dan memberikan simbol kerajaan Raja Uti VII sbg simbol pengangkatan kabinet kepada pomparan Simanullang yang masih mau dia rangkul, karena pomparan yang baru saja diambil alih kerajaannya pasti gak sudi...rasional kan ? Di samping itu, Datu Mahuring juga pasti gak mau terima dan dia lebih baik memilih menjauh dari Bakkara, karena kerajaan ayahnya di dinasti Simanullang telah diambil alih oleh dinasti Hatorusan
    Melalui Manghuntal sbg panglima dinasti Hatoruson 😁

    Sekali lagi, Pemberian simbol kerajaan Raja Uti VII kepada 6 marga adalah sebagai simbol pengangkatan kabinet yang sah oleh dinasti Hatorusan melalui panglimanya...pemberian simbol gak ada urusannya itu utk menyusun tarombo marga-marga dari 6 marga tsb. Tapi itu pasti murni sebagai langkah strategis pertama utk mengamankan kerajaan yg baru didirikan atas restu dinasti Hatorusan dengan mengangkat pihak2 yang masih mau dirangkul untuk menjadi jajaran kabinet/kerajaan yang baru.

    BalasHapus